Teori Pembentukan Dinamika Bumi

Kejadian-kejadin baik gempa bumi, tanah longsor, penurunan permukaan tanah dan beberapa kejadian lainnya dapat dipastikan bahwa permukaan bumi ini tidak statis. Perpindahan aliran sungai, timbulnya meander, delta serta tenggelamnya pulau merupakan bukti nyata bahwa bumi kita mengalami perubahan-perubahan.

Proses-proses geologi yang berkaitan dengan dinamika bumi adalah bekerjanya gaya-gaya yang menyebabkan perubahan pada bumi, baik di bagian dalam maupun di bagian luar. Dua proses yang berperan penting dalam dinamika bumi adalah tenaga dalam bumi (endogen) dan tenaga dari luar bumi (eksogen).

Walaupun permukaan bumi kelihatan stabil karena tersusun dari materi keras dan kuat, namun sebenarnya tidaklah demikian. Setiap detik bumi mengalami proses, menderita gaya-gaya, baik dari dalam bumi itu sendiri maupun dari luar sehingga menyebabkan terjadinya deformasi batuan penyusun kerak bumi.

Berbagai teori telah banyak dikemukakan para ahli untuk menyatakan bahwa bumi mengalami proses deformasi tersebut. baru pada tahun 60-an terjadi revolusi pemikiran yang menguatkan pendapat bahwa bumi dalam keadaan labil dengan bukti yang berkaitan dengan dinamika bumi.

Teori pembentukan relief bumi
Seperti halnya pembentukan bumi, pembentukan permukaan bumi juga mengalami peoses evolusi. Beberapa pendapat tentang teori pembentukan permukaan bumi sebagai berikut:

1. Teori Kontraksi (1952)
Teori kontraksi (contraction theory) = theory of shrinking earth. Teori ini dikemukakan oleh James Dana di Amerika Serikat tahun 1947 dan Elie de Baumant di Eropa. Secara ringkas mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan akibat konduski panas. Dengan demikian, maka permukaan bumi menjadi tidak rata. Bumi dianggap sama seperti buah apel yang bila bagian dalamnya mengering maka kulitnya mengerut.

Teori ini menuai kritik, misal bahwa bumi tidak akan mengalami penurunan suhu yang demikian drastisnya sehingga mengakibatkan terbentuknya pegunungan tinggi dan lembah-lembah dalam permukaan bumi. Di dalam bumi banyak terdapat unsur
radioaktif yang senantiasa memancarkan panasnya sehingga ada tambahan panas bumi, reaksi kimia antara mineral di dalam bumi akan menghasilkan panas, pergeseran kerak bumi menimbulkan panas dan sebagainya.

2. Teori Laurasia-Gondwana (1910)
Eduard Zuess dalam bukunya the face of the earth (1884) dan Frank B. Taylor mengemukakan teorinya bahwa mula-mula ada dua benua yangberlokasi di kedua kutub bumi. Benua tersebut diberi nama laurentia (laurensia) dan gondwana. Kemudian keduanya bergerak ke arah equator secara pelan, terpecah membentuk benua seperti yang ada sekarang. Amerika Selatan, Afrika, australia dan India dahulu bergabung menjadi satu dalam godwana land dan benua lainnya termasuk dalam laurensia.

Pandangan ini banyak diyakini para ahli geologi karena melihat bentuk setangkup dari benua sehingga bila dismabungkan nampaknya tepat. Tetapi tetap menjadi tanda tanya apa yang menyebabkannya terpecah-pecah.

3. Teori Pergeseran Benua (continental drift theory, 1950)
The origin of continent’s and ocean’s buku yang ditulis Alfred Wagner, mengemukakan teorinya yang sangat terkenal bahwa dahulu mula-mula hanya ada satu benua yang disebut Pangaa (pangeae). Kemudian pada permulaan zaman mesozoikum benua tersebut mulai bergeser perlahan ke arah equator dan barat sampai
terpecah dan mencapai posisi seperti sekarang ini. Teori ini diperkuat dengan keterangan bentuk setangkup antara benua misalnya Amerika Selatan dengan Afrika, serta kesamaan facies litologi dan palaentologi periode cretaceus di kedua benua tersebut.

Adanya gerakan disebutkan bahwa akibat dari rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal, menyebabkan kecenderungan gerakan ke arah equator serta adanya gaya tarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerakan ke arah barat seperti halnya pada
gelombang pasang (bulan bergerak dari barat ke timur dalam gerakannya mengorbit bumi). Pertanyaan yang timbul dalam teori ini adalah bagaimana mungkin massa benua yang begitu besar dan berat bergeser di atas dasar lautan yang keras.

4. Teori Konveksi (convection theory, 1962)
Teori ini mengemukakan bahwa ada aliran konveksi ke dalam lapisan astenosfer yang agak kental, di mana pengaruhnya sampai ke kerak bumi yang ada di dasarnya. Kemudian diperluas lagi bahwa aliran konveksi itu merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam ini menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata.

Harry H. Hess dari Universitas Princenton dalam bukunya history of the ocean basin mengemukakan hipotesanya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di Midoceanic Ridge. Di puncak Midoceanic Ridge tersebut lava mengalir tersu dari dalam kemudian tersebar ke kedua benua di sisinya, membeku dan membentuk kerak bumi baru.

5. Teori Pergeseran Dasar Laut



Robert Diesz (Amerika Serikat) mengembangkan teori Hess. Perkembangan topografi dasar laut membawa bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggungan dasar laut di kedua sisinya (kenyataan seperti ini terlihat pada ekspedisi Glomar Challenger tahun 1968).

Penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung hipotesa tersebut di mana makin jauh dari punggungan dasar laut makin tua umurnya. Berarti ada gerakan yang arahnya dari punggungan dasar laut. Beberapa contoh pegunungan dasar laut adalah Mid-Atlantic Ridge, East Pacific Rise, Atlantic-Indian Ridge dan Pacific-Atlantic
Ridge.

6. Teori Lempeng Kektonik (1967)
McKenzie dan Robert Parker menampilkan hipotesa yang menyempurnakan teori sebelumnya seperti teori pergeseran benua, sea-floor spreading dan teori konveksi, sebagai sati kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima luas di kalangan ahli geologi dunia.

Kerak bumi bersama lapisan lithosfer mengapung di atas bagian astenosfer. Dianggap satu lempeng yang saling berhubungan, karena adanya aliran konveksi yang keluar di Midoceanic yang kemudian menyebar di kedua sisinya, berarti ada tambahan materi
kerak bumi. Ternyata menurut penelitian J. Tuzo Wilson, tidak ada tambahan kerak bumi karena bagian lain akan masuk kembali ke lapisan dalam, lebur bercampur dengan materi lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tadi merupakan patahan/transform fault, yang biasanya ditandai oleh deretan palung laut dan pulau vulkanis.

Pada transform fault laut ini aktifitas gempa bumi snagat banyak akibat pergeseran kerak bumi yang berlangsung terus menerus. Lempeng kerak bumi dapat dibagi menjadi beberapa lempeng dengan perbatasan berupa transform fault dan rangkaian punggungnya dasar laut. Ada 6 atau 7 lempeng besar yang masingmasing lempeng itu dibagi lagi menjadi lempeng yang lebih kecil. Lempeng besar tersebut adalah Lempeng eurasi, Afrika, Amerika, Pasific, Australis/Hindia dan Antartika.

0 Response to "Teori Pembentukan Dinamika Bumi"

Post a Comment